Sunday 19 May 2013

Tujuan Alat Ungkap Masalah


Tujuan Alat Ungkap Masalah    
Tujuan dan kegunaan AUM (mengungkap kondisi tertentu pada klien)
Jenis AUM terbagi 2, yaitu :
a)      AUM untuk mengungkapkan masalah – masalah umum, yaitu AUM Umum
b)      AUM untuk mengungkapkan masalah – masalah khusus, yaitu yang berkaitan dengan upaya dan penyelenggaraan kegiatan belajar dan mengajar, yaitu AUM Belajar (PTSDL).
a) Alat Ungkap Masalah Umum (AUM-M)
Pengertian
AUM UMUM merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengungkap masalah-masalah siswa, mahasiswa, dan masyarakat secara menyeluruh mengungkapkan masalah-masalah umum. Alat Ungkap Masalah ini didesain untuk mengungkap sepuluh bidang masalah yang mungkin dihadapi klien. Kesepuluh bidang masalah tersebut adalah:
a.         Jasmani dan Kesehatan (JDK), yang terdiri dari dua puluh lima item.
b.        Diri Pribadi (DPI) yang terdiri dari dua puluh item.
c.         Hubungan Sosial (HSO) yang terdiri dari lima belas item.
d.        Ekonomi dan Keuangan (EDK) yang terdiri dari lima belas item.
e.         Karir dan Pekerjaan (KDP) yang terdiri dari lima belas item.
f.         Pendidikan dan Pelajaran (PDP) yang terdiri dari lima puluh lima item.
g.        Agama, Nilai, dan Moral (ANM) yang terdiri dari tiga puluh item.
h.        Hubungan Muda-Mudi (HMM) yang terdiri dari lima belas item.
i.         Keadaan dan Hubungan dalam Keluargha (KHK) yang terdiri dari dua puluh lima item.
j.          Waktu Senggang (WSG) yang terdiri dari sepuluh item.
Jumlah keseluruhan item dari AUM Umum ini adalah sebanyak dua ratus dua puluh lima item.Aplikasi AUM Umum ini, maka didapatlah data berdasarkan dua format pengolahan, yaitu:
a.         Rekapitulasi dan hasil pengolahan format kelompok
b.        Masalah-masalah yang banyak dialami siswa dalam AUM Umum
c.         Interpretasi hasil pengolahan AUM Umum
Tujuan AUM Umum
a)    Untuk mengungkapkan masalah seseorang secara umum
b)   Untuk mendapatkan gambaran mengenai masalah pribadi dan masalah berat yang dialami siswa
c)    Untuk mengetahui masalah kelompok di kalangan siswa sesuai dengan bidang mas

Pengertian Alat Ungkap Masalah


Alat Ungkap Masalah adalah sebuah instrumen standar yang dikembangkan oleh Prayitno, dkk. yang dapat digunakan dalam rangka memahami dan memperkirakan (bukan memastikan) masalah-masalah yang dihadapi konseli. Alat Ungkap Masalah ini didesain untuk mengungkap 10 bidang masalah yang mungkin dihadapi konseli, Kesepuluh bidang masalah tersebut mencakup: (1) Jasmani dan Kesehatan (JDK); (2) Diri Pribadi (DPI); (3) Hubungan Sosial (HSO); (4) Ekonomi dan Keuangan (EKD); (5) Karier dan Pekerjaan (KDP); (6) Pendidikan dan Pelajaran (PDP); (7) Agama, Nilai dan Moral (ANM); (8) Hubungan Muda Mudi (HMM); (9) Keadaan dan Hubungan dalam Keluarga (KHK); dan (10) Waktu Senggang (WSG). Jumlah keseluruhan item sebanyak 225.

Sejarah Alat Ungkap Masalah (AUM)


Lebih kurang tiga puluh tahun terakhir ini, instrumen yang dipakai untuk mengungkapkan masalah belajar, khususnya dalam kaitannya dengan pelayanan Bimbingan dan Konseling, di Indonesia pada umumnya adalah terjemahan atau adaptasi dari Survey of Study Habits and Attitutes (SSHA) yang dikembangkan oleh William F. Brown dan Wayne H. Holtzman sejak tahun 1953. Ada tiga bentuk (format) SSHA yaitu bentuk SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi. Dengan 75 buah item masing-masing, SSHA memuat masalah belajar yang dikelompokkan ke dalam tiga bidang yaitu: (a) metode belajar (b) motivasi belajar, dan (c) sikap-sikap tertentu terhadap kegiatan sekolah atau kampus.
Pada tahun 1965, SSHA disadur dan divalidasikan (di Bandung, oleh Prayitno) guna kepentingan pengungkapan masalah belajar siswa atau mahasiswa. Pada tahun 1982, alat ini dikembangkan lagi (di Padang oleh Marjohan) dengan menyadur dan memvalidasikan SSHA versi baru. Alat terakhir yang merupakan SSHA versi baru itu berisi 100 buah item tentang sikap dan kebiasaan belajar yang memuat 4 bidang masalah belajar, yakni: (a) penyelesaian terhadap tugas-tugas, (b) cara belajar (c) sikap terhadap guru (d) persepsi terhadap pendidikan pada umumnya. Alat dengan bentuk yang terakhir itu lebih dikenal dengan nama Pengungkapan Sikap dan Kebiasaan Belajar (disingkat PSKB).
PSKB dalam perkembangannya dipandang belum sepenuhnya dapat mengungkapkan Sikap dan Kebiasaan Belajar siswa kemudian diperbahurui melalaui program SP-4 dan diganti menjadi AUM PTSDL (Alat Ungkap Masalah) PTSDL, yang berisi lima komponen, yaitu : (a) Prasyarat penguasaan materi pelajaran (disingkat P) (b) Keterampilan belajar (disingkat T) (c) Sarana belajar (disingkat S) (d) Keadaan diri pribadi (disingkat D) (e) Lingkungan belajar dan sosio-emosional (disingkat L)
Keadaan PTSDL siswa/mahasiswa akan menentukan mutu kegiatan belajar, yang selanjutnya akan menentukan hasil belajar mereka. Dalam kaitan itu, keadaan PTSDL siswa/mahasiswa perlu diungkapkan dalam rangka peningkatannya demi pencapaian hasil belajar yang optimal siswa/mahasiswa yang bersangkutan.
Pada sesi lain, selama lebih kurang tiga puluh tahun terakhir ini instrumen yang dipakai untuk mengungkapkan masalah-malah umum, khususnya dalam kaitannya dengan pelayanan bimbingan dan konseling, di Indonesia pada umumnya adalah terjemahan atau adaptasi dari Mooney Problem Check List (MPCL, revisi 1950) yang dikembangkan oleh Ross L. Mooney. Ada tiga bentuk (Format) MPCL, yaitu bentuk SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi. Dengan 330 buah itemnya masing-masing, MPCL memuat masalah-masalah yang dikelompokkan ke dalam sebelas bidang, yaitu: perkembangan jasmani dan kesehatan keuangan, lingkungan dan pekerjaan, kegiatan sosial dan rekreasi, seks, pacaran dan perkawinan, hubungan social-kejiwaan, hubungan pribadi-kejiwaan, moral dan agama, rumah dan keluarga, masa depan pekerjaan dan pendidikan, penyesuaian terhadap tugas-tugas sekolah serta kurikulum dan pengajaran
Dengan memperhatikan format dan kandungan isi MPCL dan pengalaman pemakaian terjemahan/adaptasinya selama ini, serta didorong oleh keinginan untuk menyusun sendiri instrumen sejenis MPCL yang lebih sesuai dengan kondisi tanah air, maka disusunlah Alat Ungkap Masalah (AUM) dengan disertai harapan untuk dapat dipergunakan dalam pelayanan bimbingan dan konseling dalam konteks Indonesia. Sebagaimana juga MPCL, AUM, sebagai alat ungkap masalah yang baru bukanlah alat pengukur yang rumit, melainkan sebagai instrumen yang cukup sederhana, mudah dan murah untuk mengkomunikasikan berbagai masalah yang dialami (calon) klien kepada personil yang akan membantunya seperti Guru Pembimbing di sekolah dan/atau konselor.
Hingga saat ini sudah dikembangkan 4 (empat) AUM Umum yaitu : AUM Umum SLTP (Format 3), AUM Umum SLTA (Format 2), AUM Umum Perguruan Tinggi (Format 1), dan AUM Umum Anggota Masyarakat (Format 5).

Monday 11 March 2013

Fungsi Manajemen

Fungsi Manajemen

Untuk melaksanakan bimbingan dan konseling secara efektif, seorang konselor mesti menguasai fungsi-fungsi manajemen, yang mencakup perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. Menurut Ivancevich, Konopaske, & Mattseon (2008), fungsi-fungsi manajemen sekurang-kurangnnya mencakup perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengawasan.

Tujuan manajemen Bimbingan dan Konseling


Tujuan Manajemen

Tujuan manajemen Bimbingan dan Konseling ialah agar sistem Bimbingan dan Konseling di sekolah dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efisien untuk mencapai tujuan kegiatan bimbingan dan konseling, serta untuk menegakkan akuntanbilitas Bimbingan dan Konseling.

Pada dasarnya penerapan manajemen adalah untuk mempermudah pencapaian suatu tujuan. Dalam upaya mencapai tujuan itu langkah pertama yangdiperlukan adalah mengenal tujuan terlebih dahulu. Kejelasan pengenalan terhadap tujuan akan memberikan (1)kepastian arah;  (2) memfokuskan arah;  (3) menjadi pedoman rencana dan keputusan;  (4)mempermudah pelaksanaan evaluasi terhadap kemajuan yang telah dicapai, termasuk mengidentifikasi factor penghambat dan penunjangnya.

John F.Mee memberikan sifat-sifat yang seharusnya terkandung dalam tujuan sehingga dapat mempermudah pemahaman tentang arti atau makna yang terkandung dalam tujuan, diantaranya tujuan harus :
a.       Ditentukan sebelum aktifitas organisasi dilakukan
b.      Dapat mengerti oleh semua personel yang terlibat dalam pelaksanaan aktivitas organisasinya.
c.       Dinyatakan baik secara tertulis ataupun lisan
d.      Menjadi pegangan bagi para personel organisasi dalam proses pencapaiannya.

Pengertian Manajemen BK


Pengertian Manajemen BK

Untuk dapat melaksanakan layanan bimbingan dan konseling diperlukan pengetahuan manajemen. Pengetahuan manajemen penting bagi keberhasilan seseorang melaksanakan kegiatan, terutama yang dalam pelaksanaannya melibatkan banyak orang seperti bimbingan dan konseling.

Secara sistematik manajemen mempunyai beberapa arti, tergantung dari konteks dan maksudnya. Kata manajemen yang dipakai dalam kehidupan berorganisasi merupakan terjemahan dari bahasa Inggris to manage yang berarti mengurus, mengatur, mengemudikan, mengarahkan, mengendalikan, menangani, mengelola, menyelenggarakan, menjalankan, melaksanakan, memipin. Sedangkan dalam bahasa latin manajemen berasal dari kata mano  yang berarti tangan, kemudian menjadi manus  yang berarti bekerja berkkali-kali dengan menggunakan tangan, kemudian ditambah managiare  yang berarti melakukan sesuatu berkali-kali dengan beberapa tangan. Dengan kata lain untuk mengerjakan sesuatu memerlukan tangan-tangan dan kegiatan orang lain.

Selain itu manajemen adalah suatu ilmu atau juga seni untuk membuat orang lain mau dan bersedia bekerja untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan bersama. Oleh sebab itu manajemen memerlukan konsep dasar pengetahuan, kemampuan untuk menganalisis situasi, kondisi, sumber daya yang ada, memikirkan cara yang tepat untuk melaksanakan kejutan yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan.

Dengan demikian manajemen bimbingan dan konseling diartikan sebagai proses mengadakan, mengatur, dan memanfaatkan berbagai sumber daya yang dianggap penting guna mencapai suatu tujuan layanan bimbingan dan konseling. Lebih janjut manajemen bimbingan dan konseling merupakan keseluruhan proses aktivitas yang dilakukan oleh sekelompok manusia dalam suatu system organisasibimbingan dan konseling dengan menggunakan segala sumber daya untuk mencapai tujuan secara efisien dan efektif dalam layanan bimbingan dan konseling .

Hubungan psikologi dengan ilmu lain


 Hubungan psikologi dengan ilmu lain

Dari sejarahnya yang berawal dari filsafat dan ilmu faal, jelaslah bahwa psikologi berhubungan dengan ilmu-ilmu lainnya.

  • Hubungan Psikologi dengan Sosiologi
gejala seperti urbanisasi atau konflik antarkelompok memerlukan penjelasan psikologi,sehingga timbul cabang psikologi yang khusus mempelajari masalah–masalah sosial,yang dinamakan psikologi sosial.

  • Hubungan Psikologi dengan Ilmu ekonomi
Naik-turunnya harga tau kurs valuta asing atau berhasil/tidaknya suatu psikologi adalah upaya marketing tidak hanya tergantung pada hukum supply and demand dalam ilmu ekonomi,tetapi juga dalam proses pembuatan keputusan yang dilakukan oleh manusia-manusia yang terlibat dalam proses ekonomi (penjual, pembeli, produsen, distributor, bank, pasar modal, pemerintah, dan lain-lain).

  • Hubungan Psikologi dengan Ilmu hukum 
Ilmu yang mempelajari bagaimana mencapai kebenaran dan keadilan ini jelas terkait erat dengan psikologi karena kebenaran dan keadilan itu sendiri sangat subjektif dan karenanya bersifat psikologis.

  • Hubungan Psikologi dengan Ilmu politik
  • Hubungan Psikologi dengan Antropologi 
 antropologi yang secara sistematis mempelajari perilaku manusia.

  • Hubungan Psikologi dengan Filsafat
Manusia sebagai makhluk hidup juga merupakan obyek dari filsafat yang antara lain membicarakan soal hakikat kodrat manusia, sekalipun akhirnya psikologi memisahkan diri dari filsafat tetapi disini hubungannya adalah bersifat timbal balik.

  • Hubungan Psikologi dengan Paedagogiek
Paedagogiek sebagai ilmu yang bertujuan untuk memberikan bimbingan hidup manusia sejak dari lahir sampai mati tidak akan sukses,bilamana tidak mendasarkan diri kepada psikologi.dengan demikian paedagogiek  baru akan tepat mengenai sasaran, apabila memahami langkah-langkahnya sesuai dengan petunjuk-petunjuk psikologi.

  • Hubungan Psikologi dengan agama
Agama sejak turunnya kepada rasul diajarkan kepada manusia dengan dasar-dasar yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi psikologis,didalam agama terdapat ajaran tentang bagaiman agar manusia mau menerima petunjuk tuhannya.

  • Hubungan Psikologi dengan biologi
Biologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang kehidupan, oleh karena itu baik biologi maupun psikologi sama-sama membicarakan manusia.

Tujuan mempelajari psikologi


  Tujuan mempelajari psikologi

Pada garis besarnya orang mempelajari ilmu psikologi adalah untuk menjadikan manusia supaya hidupnya baik,bahagia,dan sempurna.
  1. Untuk memahami alasan dibalik sikap dan proses mental manusia dengan cara meneliti baik itu prinsip-prinsip umum maupun spesifik dari suatu kasus.
  2. Meningkatkan kualitas hidup mereka sekarang ini atau untuk masa depan.
  3. Berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik,sosialisasi, dan emosi.
  4. Untuk memperoleh faham tentang gejala-gejala jiwa dan pengertian yang lebih sempurna tentang tingkah laku.
  5. Untuk mengetahui perbuatan-perbuatan jiwa serta kemampuan jiwa sebagai sarana untuk mengenal tingkah laku manusia atau anak.
  6. Untuk mengetahui penyelenggaraan pendidikan dengan baik.

Pengerian dan definisi psikologi


Pengertian dan definisi psikologi

Menurut asal katanya,psikologi berasal dai kata-kata yunani : psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi berarti ilmu jiwa.Secara umum psikologi diartikan ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia, atau ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala jiwa manusia. Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku manusia dalam hubungan dengan lingungannya.

Tujuan Bimbingan dan Konseling

Tujuan Bimbingan dan Konseling :


  1. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi.
  2. Mengembangkan potensi.
  3. Mengatasi hambatan-hambatan. 
  4. Untuk membantu orang-orang menjadi insan yang berguna, tidak hanya sekedar mengikuti kegiatan-kegiatan yang berguna saja.
  5. Untuk membantu individu-individu membuat pilihan-pilihan, penyesuaian-penyesuaian dan interpretasi-interpretasi dalam hubungannya dengan situasi-situasi tertentu.
  6. Mengatasi pemasalahan yang dihadapi.
  7. Melakukan pemecahan masalah.
  8. Mengembangkan penerimaan pribadi.

Monday 4 March 2013

Lima Dimensi Hakikat Manusia

 Lima Dimensi Hakikat Manusia :


1.  Dimensi Kefitrahan (Kebenaran & Keluruhan)
Nilai baik dan nilai buruk. 
2.  Dimensi Keindividualan (keunikan & potensi)
Keindividuan terdapat potensi dan perbedaan-perbedaan jasmani dan rohani.
Potensi : kognitif, afektif, psikomotorik, dan konatif.
3.  Dimensi Sosial (interaksi & kebersamaan)
Dibutuhkan komunikasi, berinteraksi, kebersamaan, saling menerima dan memberi baik langsung maupun tidak langsung.
4.  Dimensi Kesusilaan (etika, sopan santun, dan moral)
Aturan, hukum, adat & istiadat, serta budaya.
5.  Dimensi Keberagamaan (iman & taqwa)
Makhluk religius yag mempunyai iman dan taqwa.

Harkat Martabat Manusia


Harkat martabat manusia :

1.  Beriman dan bertaqwa kepada tuhan Yang Maha Esa
2.  Makhluk ciptaannya yang paling sempurna
3.  Makhluk yang paling tinggi derajatnya
4.  Khalifah dimuka bumi
5.  Pemilik Hak Asasi Manusia

Dimensi-dimensi Hakikat Manusia



A.  Dimensi-dimensi Hakikat Manusia

1.  Dimensi Keindividualan

Setiap anak manusia yang dilahirkan telah dikaruniai potensi untuk menjadi berbeda dari yang lain atau menjadi dirinya sendiri. Inilah sifat individualitas.


Karena adanya individualitas itu setiap orang mempunyai kehendak, perasaan, cita-cita, kecenderungan, semangat dan daya tahan yang berbeda-beda. Setiap manusia memiliki kepribadian unik yang tidak dimiliki oleh orang lain.
Bahwa dimensi keindividualan terdapat perbedaan-perbedaan jasmani maupun rohani didalam diri seseorang.

2.  Dimensi Kesosialan

Setiap bayi yang lahir dikaruniai potensi sosialitas demikian dikatakan Mj Langeveld (1955 : 54) dalam buku (Pengantar Pendidikan, Prof. Dr. Tirtaraharja dan Drs. S.L La Ulo 2005 : 18). Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa setiap anak dikaruniai benih kemungkinan untuk bergaul. Artinya setiap orang dapat saling berkomunikasi yang pada hakikatnya di dalamnya ada unsur saling memberi dan menerima.


Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampak jelas pada dorongan untuk bergaul. Dengan adanya dorongan untuk bergaul setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya. Manusia hanya menjadi menusia jika berada diantara manusia. Tidak ada seorangpun yang dapat hidup seorang diri lengkap dengan sifat hakekat kemanusiaannya di tempat yang terasing. Sebab seseorang hanya dapat mengembangkan sifat individualitasnya di dalam pergaulan sosial seseorang dapat mengembangkan kegemarannya, sikapnya, cita-citanya di dalam interaksi dengan sesamanya.

Dalam dimensi kesosialan dibutuhkan komunikasi dan berinteraksi dalam kebersamaan,dan juga saling menerima dan memberi.

3.  Dimensi Kesusilaan

Kesusilaan adalah kepantasan dan kebaikan yang lebih tinggi. Manusia itu dikatakan sebagai makhluk susila. Drijarkoro mengartikan manusia susila sebagai manusia yang memiliki nilai-nilai, menghayati, dan melaksanakan nilai-nilai tersebut dalam perbuatan. (Drijarkoro 1978 : 36 – 39) dalam buku (Pengantar Pendidikan Prof. Dr. Tirtaraharja dan Drs. S.L La Ulo 2005 : 21) Agar manusia dapat melakukan apa yang semestinya harus dilakukan, maka dia harus mengetahui, menyadari dan memahami nilai-nilai. Kemudian diikuti dengan kemauan atau kesanggupan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.


Dimensi kesusilaan mencakup aturan, hukum, adat istiadat, budaya, etika & etiket.

4.  Dimensi Keberagamaan

Pada hakikatnya manusia adalah makhluk religius. Mereka percaya bahwa di luar alam yang dapat dijangkau oleh indranya ada kekuatan yang menguasai alam semesta ini. Maka dengan adanya agama yang diturunkan oleh tuhan manusia menganut agama tersebut.

Beragama merupakan kebutuhan manusia karena manusia adalah makhluk yang lemah sehingga memerlukan tempat bertopang. Manusia memerlukan agama demi keselamatan hidupnya. Manusia dapat menghayati agama melalui proses pendidikan agama. Disinilah tugas orang tua dan semua pendidik untuk melaksanakan pendidikan agama kepada anaknya atau anak didiknya.


Dimensi keberagamaan dalam individu adalah makhluk religius yang mempunyai iman dan taqwa.

5.  Dimensi pancasialis (Kefitrahan)

Nilai yang baik dan nilai buruk yang ada pada manusia.

Sunday 17 February 2013

Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling


      Prinsip-prinsip BK

            Prinsip dapat diartikan sebagai permulaan untuk suatu cara tertentu yang akan melahirkan hal-hal lain, yang  keberadaannya tergantung dari permulaan itu. Bimbingan konseling membutuhkan suatu prinsip atau aturan main dalam menjalankan program pelayanan bimbingan. Menurut Prayinto dan Amti  (1994:220)  prinsip bimbingan konselingya itu rumusan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling pada umumnya berkenaan dengan sasaran pelayanan, masalah klien, tujuan dan  proses penanganan masalah,  program pelayanan dan penyelenggaraan pelayanan.
            Adapun rumusan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling yang berkenaan dengan objek dalam pelayanan bimbingan yaitu prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan, prinsip  yang  berkenaan dengan permasalahan idividu, prinsip yang berkenaan dengan  program  pelayanan dan yang terakhir prinsip yang berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan. Dari  empat rumusan tersebut, bimbingan dan konseling akan tercapai sesuai keinginan konselor dan klien.
1.      Prinsip Umum
a.     Bimbingan harus berpusat pada individu yang di bimbingnya.
b.  Bimbingan diberikan kepada memberikan bantuan agar individu yang dibimbing mampu mengarahkan dirinya dan menghadapi kesulitan-kesulitan dalam hidupnya.
c.     Pemberian bantuan disesuaikan dengan kebutuhan individu yang dibimbing.
d.    Bimbingan berkenaan dengan sikap dan tingkah laku individu.
e.   Pelaksanaan bimbingan dan konseling dimulai dengan mengidentifikasi kebutuhan yang dirasakan individu     yang dibimbing.
f.     Upaya pemberian bantuan harus dilakukan secara fleksibel.
g.   Program bimbingan dan konseling harus dirumuskan sesuai dengan program pendidikan dan pembelajaran di sekolah yang bersangkutan.
h.  Implementasi program bimbingan dan konseling harus dipimpin oleh orang yang memiliki keahlian dalam bidang bimbingan dan konseling dan pe;laksanaannya harus bekerjasama dengan berbagai pihak yang terkait, seperti dokter psikiater, serta pihak-pihak yang terkait lainnnya.
i.   Untuk mengetahui hasil yang diperoleh dari upaya pelayanan bimbingan dan konseling, harus diadakan penilaian atau ekuivalensisecara teratur dan berkesinambungan.
2.      Prinsip-Prinsip Khusus yang Berhubungan Dengan Siswa
a.   Pelayanan BK harus diberikan kepada semua sisiwa.
b. Harus ada kriteria untuk mengatur  prioritas pelayanan bimbingan dan konseling kepada individu atau siswa.
c.   Program pemberian bimbingan dan konseling harus berpusat pada siswa.
d.  Pelayanan dan bimbingan konseling di sekolah dan madrasah harus dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu yang bersangkutan beragam dan luas.
e.  Keputusan akhir dalam proses BK dibentuk oleh siswa sendiri.
f.   Siswa yang telah memperoleh bimbingan, harus secara berangsur-angsur dapat menolong dirinya sendiri.
3.     Prinsip Khusus yang Berhubungan dengan Pembimbing
a.  Konselor harus melakukan tugas sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
b. Konselor di sekolah dipilih atas dasar kualifikasi kepribadian, pendidikan pengalaman, dan kemampuan.
c. Sebagai tuntutan profesi, pembimbing atau konselor harus senantiasa berusaha mengembangkan dirinya dan keahliannya melalui berbagai kegiatan.
d. Konselor hendaknya selalu mempergunakan berbagai informasi yang tersedia tentang siswa yang dibimbing beserta lingkungannya sebagai bahan yang membantu innsividu yang bersangkutan kearah penyesuaian diri yang lebih baik.
e.   Konselor harus menghormati, menjaga kerahasiaan informasi tentang siswa yang dibimbingnya.
f.     Konselor harus melaksanakan tugasnya hendaknya mempergunakan berbagai metode yang sama.
4. Prinsip yang Berhubungan dengan Organisasi dan Administrasi (Manajemen) Pelayanan Bimbingan Konseling
a.      bimbingan dan konseling harus dilaksanakan secara sistematis dan berkelanjutan.
b.     Pelaksanaan bimbingan dan konseling ada di kartu pribadi (commulative record) bagi setiap siswa.
c. program pelayanan bimbingan dan konseling harus disusun sesuai dengan kebutuhan sekolah atau madrasah yang bersangkutan.
d. Harus ada pembagian waktu antar pembimbing, sehingga masing-masing pembimbing mendapat kesempatan yang sama dalam memberikan bimbingan dan konseling.
e.   Bimbingan dan konseling dilaksanakan dalam situasi individu atau kelompok sesuai dengan masalah yang dipecahkan dan metode yang dipergunakan dalam mememcahkan masalah terkait.
f.     Dalam menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling, sekolah dan madrasah harus bekerja sama dengan berbagai pihak.
g.      Kepala sekolah atau madrasah merupakan penanggung jawab utama dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah.
Prayitno dan Erman Amti (1999) mengklasifikasikan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling ke dalam empat bagian, yaitu:[1]
1.      Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran pelayanan
2.      Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan individu
3.      Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program pelayanan
4.      Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan pelaksanaan pelayanan
Dapat kita lihat dari rumusan masing-masing mempunyai poin-poin tertentu, yaitu:
a.       Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan
1.    Bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku, agama dan status sosial ekonomi.
2.      Bimbingan dan konseling berurusan denganpribadi dan tingkah laku individu  yang  unik dan dinamis.
3.  Bimbingan dan konseling memperhatikan sepenuhnya tahap-tahap berbagai aspek perkembangan individu.
4.  Bimbingan dan konseling memberikan perhatian utama kepada perbedaan  individual  yang menjadi orientasi pokok pelayanan.
b.      Prinsip yang berkenaan dengan pemasalahan individu
1.  Bimbingan dan konseling berurusan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi  mental/fisik individu terhadap penyesuaian dirinya di rumah, di sekolah, serta dalam kaitannya dengan kontak sosial dan pekerjaan dan sebaliknya pengaruh lingkungan terhadap kondisi  mental  dan fisik individu.
2.      Kesenjangan sosial, ekonomi, dan kebudayaan merupakan factor timbulnya masalah pada individu yang semuanya menjadi perhatian utama pelayanan bimbingan dan konseling.
c.       Prinsip yang berkenaan dengan program layanan
1.      Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari upaya pendidikan dan pengembangan induvidu; oleh karena itu program bimbingan dan konseling harus diselaraskan dan dipadukan dengan program pendidikan serta pengembangan peserta didik.
2.      Program bimbingan dan konseling harus fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan individu, masyarakat, dan kondisi lembaga.
3.      Program bimbingan dan konseling disusun secara berkelanjutan dari jenjang pendidikan terendah sampai tertinggi.
d.      Prisip-prinsip yang berkenaan dengan tujuan dan  pelaksanaan pelayanan
1.      Bimbingan dan konseling harus mengarahkan individu mampu menyelesaikan permasalahan pribadi.
2.  Dalam proses bimbingan dan konseling keputusan yang diambil dan akan dilakukan oleh individu harusnyan atas kemauan individu sendiri, bukan karena desakan atau kemauan orang lain.
3.   Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli daa bidang yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi.
4.    Kerja sama antara pembimbing dengan guru lain dan orang tua meentukan hasil pelayanan pembimbingan.
5.   Pengembangan program layanan bimbingan dan konseling ditempuh melalui pemanfaatan yang maksimal dari hasil pengukuran dan penilaian terhadap individu yang terlibat dalam proses pelayanan dan program bimbingan dan konseling itu sendiri.

Refrensi : Tohrin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.